Pantai Karang Bolong. Pantai Logending. Goa Petruk. Bendungan Sempor. Keempat objek wisata inilah yang rencananya akan saya sambangi dalam satu hari ketika berlibur ke Kabupaten Kebumen bersama Mamas. Gak muluk rasanya mengingat lokasi keempat objek ini yang saling berdekatan.
Sebelum berangkat, saya sempat bertanya ke teman saya yang orang Kebumen. Dia merekomendasikan Menganti sebagai pantai yang paling menarik untuk dikunjungi. Di perjalanan sewaktu membeli bensin botolan, kami juga sempat bertanya arah jalan ke bapak penjual yang warga lokal. Meskipun dijawab dengan Bahasa Jawa yang tidak saya mengerti, tapi saya paham sewaktu dia menyebutkan Menganti dengan ekspresi berbinar-binar sambil mengacung-acungkan jempolnya. Pantai Menganti wajib dikunjungi!! Tak peduli meskipun teman saya bilang akses menuju kesana agak susah. 😆
Goa Petruk menjadi objek pertama yang kami singgahi. Sewaktu sampai di pelatarannya, saya tidak melihat satu kendaraan pun parkir. Sepi banget! Mungkin karena waktu itu hari Jumat. Sebenarnya saya ingin sekali masuk ke goa ini. Penasaran setelah melihat foto-foto teman saya juga koleksinya om gugel. Tapi, membayangkan masuk ke dalam goa hanya berdua saja, saya jadi ngeri juga. Ogah ahh.. Lain waktu aja. 😀
Beranjak 4 km dari Goa Petruk kami telah sampai di objek berikutnya: Pantai Logending. Kesan pertama sewaktu melihat pantai ini adalah: biasa-biasa saja. Pantainya kotor. Ombaknya besar. Air lautnya keruh. Sama sekali tidak menarik! Saat itu pantai sedang sepi pengunjung. Seorang adik kecil merayu kami untuk berkeliling dengan perahu. Berhubung sudah ilfil duluan, secerdik apapun si adik merayu, bahkan sampai banting harga dari yang 25 ribu jadi cuma 10 ribu aja, kami tetap nggak tergoda. Murah banget itu, bisa keliling pantai hanya dengan 10 ribu rupiah satu perahu. Pertimbangannya waktu itu, kami ingin menghemat waktu supaya bisa melihat pantai yang lain. Jadilah nggak sampai satu jam disana kami sudah buru-buru pergi.
Ternyata kalau dilihat dari atas bukit, Pantai Logending ini cantik juga. Nggak akan kelihatan pesonanya kalau hanya dilihat dari bibir pantai. Barulah kemudian saya menyesal karena menolak rayuan si adik kecil dan perahunya 😥
Selanjutnya kami terdampar di Pantai Menganti yang hanya (sekitar) 10 kilometer jaraknya dari Pantai Logending. Tentu saja Pantai Menganti kini jadi prioritas utama kami. Terpengaruh cerita si bapak penjual bensin yang bahkan sempat berkelakar kalau Menganti itu seperti surga. Pantai yang lain kalah deh pokoknya. Aihh si bapak.. Siapa coba yang nggak akan terhipnotis?! Dengan kalimat pamungkasnya itu, si bapak membuat kami melupakan Pantai Karang Bolong yang padahal tadinya merupakan tujuan utama kami main ke Kebumen. hhihi.. Nggak apa-apalah misalkan nanti nggak sempat kesana. Kan sudah melihat pantai yang paling bagusnya
Bila melihat Peta Wisata Kebumen, Menganti merupakan satu-satunya pantai di Kebumen yang aksesnya menyusuri bukit. Mula-mula jalan berupa tanjakan curam berkelok-kelok. Kemudian setengah perjalanan berikutnya berupa turunan yang juga berliku-liku. Jalannya sudah aspal, sih, tapi sempit banget. Kanan kiri jalan adalah jurang. Kebayang, dong, gimana deg-degannya sewaktu melewati turunan tajam menikung nan sempit yang diapit jurang?! Ngerilah pokoknya. Apalagi sewaktu melewati turunan yang semakin dekat ke pantai. Aspalnya mulai amburadul, rusak parah. hmmn.. Biasalah, pikir saya. Sesuatu yang indah seringkali tidak mudah dicapainya. 😆
Bayangan saya, Pantai Menganti ini pastilah masih sangat alami. Kondisi jalan yang demikian tentunya membuat banyak orang enggan berwisata ke pantai ini. Sudah ngeri dan capek duluan. Apalagi sepanjang jalan saya perhatikan sangat minim lampu jalan. Mata kucing pun tak ada. Kebayanglah gimana ngerinya kalau sampai kemalaman di jalan.
Jarak yang hanya 10 kilometer itu jadi terasa jauh karena kondisi jalan yang demikian. Ditambah lagi motor kami yang sempat ngambek beberapa kali. Nggak kuat menghadapi tanjakan-tanjakan super ganas, secara waktu itu kami menggunakan CB 100 Gelatik yang memang nggak pas dibawa melaju ke medan yang seperti ini. Selepas Logending, sewaktu jalan mulai menanjak, mula-mula kabel businya bermasalah. Beres diperbaiki, baru jalan beberapa meter, giliran selang bensinnya yang ngadat. Untunglah Mas Bayuku itu MacGyver. hhehe.. Masalah-masalah kayak gini masih bisa ditangani sendiri. Nggak perlu nyari bengkel. Bayangin aja gimana susah payahnya kalau mesti dorong-dorong motor di tanjakan.
Sewaktu melewati turunan tajam, saya langsung membayangkan nanti gimana ya saat pulang? Kuat nggak ya nanjaknya? hmmn.. Dan ternyata memang nggak kuat. Kami merosot dari motor, jatuh terguling ke tanah berbatu. Motor pun menggelinding, tersungkur tak jauh dari kami. Untung saja tidak sampai niban. Kami jatuh tersungkur di tanah yang bersih dari bebatuan; sementara di sekeliling kami tersebar bebatuan koral besar-besar. Syukurlah nggak apa-apa, lecet dikit sewaktu traveling sih biasa.
Setelah itu tiap kali jalannya menanjak, saya memilih turun dari motor. Khawatir merosot lagi. Bisa-bisa terperosok ke jurang. Di tanjakan terakhir, lengkaplah petualangan kami. Rantai motor pun akhirnya putus! Tapiii., lagi-lagi masih beruntung karena ada bengkel tepat di atas tanjakan. Bisa minta bantuan orang bengkel deh buat ngedorong motor
Apakah perjuangan kami itu terbayar? Umm.. Pantai Menganti ternyata nggak secantik dugaan saya. Kalau di Kebumen mungkin Menganti memang yang paling indah, tapi berhubung saya pernah melihat pantai yang lebih indah dari ini jadinya ya biasa saja. hhehe.. Atau mungkin juga karena ekspektasi saya yang terlanjur berlebihan sewaktu mendengar kata surga disandangkan pada pantai ini. 🙂
Pantainya berbau amis menyengat. Mungkin karena ada tempat pelelangan ikan disana. Semestinya sih banyak yang menjual ikan bakar. Tapi ternyata nggak ada satu pun. Nyari makan susahnya minta ampun. Cuma ketemu mie instan yang mereknya nggak terkenal dan meragukan tanggal kadaluarsanya. Haduh, gimana bisa dijadikan andalan pariwisata Kebumen kalau kondisinya kayak gini?! Nyari toilet pun susah.
Seperti Pantai Logending yang cantik ketika dipandang dari atas bukit. Menganti juga begitu. Warna air lautnya kehijauan. Tebing-tebing cantik yang melatar belakangi pantai menjadi pemandangan yang menyejukan mata. Dan memang, menurut saya, pantai ini sih asyiknya untuk dinikmati mata saja. Pesisirnya yang berupa bebatuan koral besar dan pasirnya yang kasar karena bercampur kerikil nggak memungkinkan saya untuk berlari-lari kecil, bercengkerama dengan ombak. Saya hanya berdiri, memandang ke arah laut lepas. Menikmati senjakala.
Jadi, apakah perjuangan kami terbayar? 🙂
pernah lewat sana pake gerobak tua corolla dx, ketar-ketir juga takut mogok, sukurlah bisa sukses lewat tanpa masalah plus kemampuan nyetir jadi terasah kayak pembalap aja 😀
LikeLike
kalo dari stasiun gombong ada transportasi umum gak ke pantai menganti ??
LikeLike
Sepengamatan saya sih kayaknya gak ada angkot atau bis yg langsung ke Menganti sob.
LikeLike
Pingback: Pantai – pantai Tak Indah | TraveLafazr
klo aku dulu jalan2 di kebumen, pantai ayah, logending, petanahan, ambal dan yang mantap goa jatijajar…
LikeLike
pantai ayah itu pantai logending kan yaa sob?! 😆
LikeLike
thanks atas ceritanya bung
LikeLike
makasii kembali sudah ngintip TraveLafazr. moga bermanfaat 🙂
LikeLike