“Tulisan ini diikutkan dalam “Jailolo, I’m Coming!” Blog Contest yang diselenggarakan oleh Wego Indonesia dan Festival Teluk Jailolo“
Bak menikmati secangkir kopi, gula, dan susu yang diblender jadi satu, menghadiri Festival Teluk Jailolo adalah melakoni wisata alam, sejarah, dan seni-budaya sekaligus. Pepatah ‘sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui’ benar-benar berlaku disini, di Jailolo, Halmahera Barat.
***
Jailolo di masa lalu adalah saksi bisu dua negara bertetangga yang saling berseteru, memperebutkan kuasa atas dirinya yang melimpah akan rempah-rempah. Bermula dari penjelajahan, berlanjut kemudian dengan penjajahan. Jailolo adalah negeri rempah-rempah yang mengundang perhatian untuk ditaklukkan, saksi sejarah yang hampir terlupakan.
Jailolo berabad-abad kemudian kembali mencuri perhatian. Sebuah panggung nan megah didirikan, mengapung indah di atas lautan. Jutaan pasang mata terpesona, menaruh kesima di tiap tatapan mata. Sebuah pertunjukkan kolosal berlangsung di atas panggung yang berlatarkan bukit dan gunung.
Tercatat telah empat kali festival ini dihelat, sejak peluncuran kali pertamanya di tahun 2009 dan menjadi agenda rutin tahunan. Selalu dengan tema berbeda di tiap agenda, dengan Cabaret On The Sea sebagai puncak acara, sebuah konsep teater di atas laut yang belum pernah ada sebelumnya, disebut-sebut sebagai yang pertama di dunia.
Cabaret On The Sea merupakan pertunjukan kontemporer yang menampilkan cerita sarat filosofi, sesuai dengan tema festival yang sedang diusung, memadukan unsur tarian dan musik tradisional, drama, serta koreografi yang berakar pada kebudayaan masyarakat Jailolo.

Sebuah ritual bersih laut, Sigofi Ngolo, akan menjadi penanda dibukanya festival ini. Sejumlah kapal yang disebut Kora-kora akan berlayar beriringan menuju Pulau Babua, diiringi lantunan musik perkusi, kapal-kapal ini akan menyambangi tempat dimana terdapat makam keramat, menaburkan bunga dan sesajian sebagai bentuk memohon ijin pada penguasa lautan untuk memulai perayaan.

Serentetan acara mewarnai suasana. Sejumlah tarian adat dipentaskan, alat musik tradisional dimainkan, aneka lomba berbau lautan dilangsungkan. Lalu dalam agenda bertajuk Spice Trip, para pengunjung diajak menyusuri perkebunan rempah-rempah, menapak tilas sejarah.
Perayaan pun berlanjut. Tetamu dijamu dengan aneka hidangan laut. Konon tahun lalu, festival ini berhasil merebut Rekor MURI, ‘Festival Ikan Bakar Terpanjang’ sepanjang enam kilometer, memecahkan rekor sebelumnya yang dipegang Surabaya.

Perjamuan pun berlanjut di Desa Gamtala. Sebuah pesta makan adat bertajuk Horum Sasasu digelar. Perjamuan kali ini bukannya tanpa makna. Pesta makan adat Horum Sasadu dilaksanakan saat musim panen tiba, sebagai bentuk rasa syukur dan perayaan atas panen yang berlimpah. Pelaksanaannya pun bisa berhari-hari tanpa jeda, sesuai dengan hasil panennya. Semakin bagus hasil panen, semakin lama pula masyarakat berpesta. Yang penting, jumlah harinya harus ganjil.
Menjelang penutupan festival, Parade Gerobak Sapi diarak mengelilingi pusat kota. Tiap gerobak mewakili desa-desa yang berada di Kabupaten Halmahera Barat. Masing-masing gerobak dihias dengan ornamen berbeda. Bendera berwarna-warni. Janur kuning. Atap rumbia. Payung hias. Ada pula gerobak yang menyertakan penari pengiring dan sepasang muda-mudi berpakaian adat. Tapi kesemua gerobak ini memiliki satu kesamaan, sama-sama membawa hasil panen seperti pisang, kacang panjang, jagung, salak, dan pala. Pemilik gerobak pun tak keberatan bila ada pengunjung yang ingin turut serta menaiki gerobaknya.
Hmmn.. Betapa Festival Teluk Jailolo itu begitu menggoda yaa?! 😆
Itulah mengapa saya begitu ingin menghadirinya. Ibarat menikmati secangkir kopi, gula, dan susu yang diblender jadi satu. Saya ingin menghirup lekat-lekat wangi rempah-rempahnya yang beraroma sejarah, memandangi buih-buih ombak pantai-pantainya yang membuai, merasakan hangatnya berinteraksi dengan penduduk setempat, lalu menandas habis setiap hidangan yang disajikan sambil mengagumi tarian adat dan musik tradisional yang disuguhkan.
Festival Teluk Jailolo bak paket wisata combo alam, sejarah, dan seni-budaya. Sekali mendayung, dua-tiga wisata terlakoni. Betapa ingin mata saya merekam semua pesonanya, mengecap setiap inchi pengalaman yang ditawarkan, membawa pulang oleh-oleh cerita yang akan saya kristalisasikan ke dalam bentuk tulisan, lalu mengabarkannya kepada siapa saja: tentang negeri rempah-rempah yang hampir terlupa dari sejarah, tentang alamnya yang indah dan penduduknya yang ramah, negeri yang masih menjunjung tinggi tradisi dan selalu melestarikan budaya serta seni.
Jailolo, I’m Coming!
Referensi tulisan dan sumber gambar:
Tulisannya sangat BAGUS dan BERMANFAAT,
SUKSES SELALU.
LikeLike
Semoga menang mbak 🙂
jd pengen kesana juga hehe
LikeLike
Makasii yaa Dian 🙂
LikeLike
Hwaah pingin icipin ikan bakar ituuuu *lap iler*
LikeLike
moga kita sama-sama bisa nyicipin yaa Om., a.k.a menang kontes
LikeLike